Jajanan Legendaris, Kamir Khas Pemalang



Jajanan legendaris khas Kabupaten Pemalang yaitu kamir banyak dicari saat Ramadan. Jajanan yang berbentuk mirip dorayaki ini dengan rasa manis, gurih dan legit, dibuat dengan resep khusus.

Usaha pembuatan kue kamir yang bertahan hingga saat ini adalah Kamir Mawar Chamidah di jalan Semeru, Kelurahan Mulyoharjo, Kabupaten Pemalang. Untuk mempertahankan cita rasa, Kamir masih dibuat dengan cara tradisional dan menggunakan resep turun temurun.

Untuk bahan baku pembuatan kamir ada dua jenis. Yaitu dengan terigu dan tepung beras, atau menggunakan tape singkong, gula, margarine dan bumbu khusus lainnya. Cara pembuatannya, bahan baku diaduk hingga bercampur dan kental dituangkan dalam puluhan cetakan dengan nyala api yang sudah distandarkan.

Kamir yang berbahan baku dari terigu, dibolak-balik hingga benar-benar matang. Bahkan cenderung agak gosong karena banyak yang suka.

Sedangkan kamir yang terbuat dari tepung beras, dicetak dan ditutup tapi tidak dibalik. Sehingga mirip bentuknya dengan kue apem. Kedua jenis jajanan ini rasanya manis, gurih dan legit. Sehingga cocok untuk berbuka puasa atau cemilan saat bersama keluarga.

Fahd Umar, penjual kamir mengaku dirinya bersama istri merupakan keturunan ke empat penerus pembuat kue kamir khas Pemalang. Saat Ramadan, banyak warga mencari kamir untuk makanan buka puasa, takjil atau oleh-oleh.

“Menjelang Lebaran, biasanya pesanan meningkat. Untuk oleh-oleh keluarga, tetangga, atau teman kantor,” kata Fahd Umar.

Jajanan ini cukup mengenyangkan dan bisa awet hingga empat hari. Konsumen lebih senang dengan rasa yang original daripada rasa lainnya. Harga kamir Rp2.000 per biji dan bisa dipaking menggunakan kardus khusus. Setiap hari, produksi kamir sekitar 3.000 biji.

Untuk menjalankan usaha itu, dirinya mempekerjakan 15 karyawan. Usaha rumahan ini sempat terkena dampak Covid-19. Namun kini menggeliat karena konsumen dan pemesanan mulai kembali banyak.

Hampir setiap hari, banyak orang datang ke lokasi pembuatan kamir yang berada di tengah kampung. Mereka membeli untuk keluarganya atau oleh-oleh bagi warga dari luar kota. Para pembeli berasal dari Pekalongan, Tegal, Semarang, Jakarta, dan Bandung.

Selain itu juga banyak dari luar Jawa. Seperti Medan, Palembang, Makassar, Sulawesi dan Papua. Bahkan ada juga yang membawa ke luar negeri untuk oleh-oleh.

 

Dikutip dari iNewsJateng

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama